Ketika Carut-Marut Jadi Keranjang Sampah Bergelantungan di Langit Karawang
KARAWANG | KILATBERITA | Sejumlah persoalan publik seolah saling berebut ruang, menumpuk tanpa jeda, hingga membentuk gambaran buram tentang tata kelola daerah. Isu demi isu lahir begitu cepat, namun penyelesaiannya berjalan lambat, bahkan kerap tidak terlihat. Kondisi ini membuat carut-marut pemerintahan seakan menjelma menjadi “keranjang sampah” yang menggantung di langit Karawang—terlihat jelas, tetapi dibiarkan begitu saja.
Persoalan klasik seperti sampah, banjir, proyek asal-asalan, hingga kisruh penyaluran bantuan sosial, menunjukkan bahwa masalah krusial bukan sekadar teknis di lapangan, melainkan lemahnya pengawasan dan absennya komitmen serius dari pihak terkait. Ketika keluhan masyarakat terus bergulir tanpa jawaban tuntas, kepercayaan publik pun perlahan terkikis.
Dalam beberapa kasus, tanggung jawab antar-lembaga justru saling lempar, bukan saling menguatkan. Situasi ini membuat masyarakat merasa berada jauh dari pusat pengambilan kebijakan. Padahal, mereka yang paling merasakan dampaknya: mulai dari jalan rusak, lingkungan kumuh, hingga layanan publik yang berjalan setengah hati.
Begitu banyak persoalan dan temuan di Karawang, diantaranya persoalan proyek infrastruktur yang jadi fenomena dimana diantaranya proyek drainase,u ditch pengerjaan asal asalan,asal dpt proyek asal dapat keuntungan,asal jadi pengerjaan nya.
Ketika di konfirmasi dan di koreksi, semua aduan masuk keranjang sampah.Alhasil harusnya proyek tersebut bisa mengatasi banjir malah semakin atas banjir nya.
Belum habis masalah tersebut adalagi permasalahan berikutnya lahan milik Pemerintah di jadikan obyek proyek berbau duit,lahan dijadikan bangunan,lahan di jadikan pelataran gedung swasta.Ketika ada gerakan Karawang bersih malah ada yang risih.saling bikin statemen, saling bikin ungkapan, saling mengadukan.
Harusnya yang punya kepentingan dan punya jabatan penting saling berdampingan, harus ada dialogis yang humanis dengan bahasa ngobrol santai tapi bisa merelai.
Karawang yang memiliki potensi besar—baik industri, pertanian, hingga sumber daya manusia—seharusnya tidak dibiarkan terbelit oleh masalah-masalah dasar. Jika tidak segera dibereskan, potensi itu hanya menjadi jargon tanpa arah. Yang lebih mengkhawatirkan, masyarakat mulai terbiasa hidup berdampingan dengan ketidakteraturan, seolah itu bagian dari takdir.
Editorial ini mengajak semua pihak, terutama para pemegang amanah, untuk kembali menata prioritas. Langit Karawang tidak pantas menjadi tempat bergelantungnya keranjang sampah masalah yang tak kunjung dibersihkan. Sudah saatnya kebijakan hadir sebagai solusi, bukan sebagai tumpukan wacana.
Karawang memerlukan kepemimpinan yang berani menyapu bersih carut-marut tersebut—bukan dengan janji, melainkan dengan tindakan nyata, terukur, dan berkelanjutan. Karena sejatinya, daerah ini bukan kekurangan sumber daya, melainkan kekurangan ketegasan dalam mengelola dan membereskannya.
Penulis: TIM AKPERSI KARAWANG.